Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masakan "Ndeso" Mantan Preman

Kompas.com - 16/09/2009, 08:10 WIB

Lusiana Indriasari

Kota Melbourne di Australia memiliki sejumlah rumah makan yang menyajikan makanan Indonesia. Salah satunya adalah rumah makan Blok M, berlokasi di Commercial Road Prahran, persis di depan Prahran Market.

Pemiliknya, Siswanto Wiropuspito Mojosongo (46), memang punya hubungan dengan Blok M di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dia pernah menjadi preman di sana dan penamaan itu dia sengaja agar selalu ingat asal-usulnya.
   
"Supaya tidak menjadi orang yang sombong," ujar Siswanto yang lebih senang menyebut rumah makannya sebagai warung. Dalam seminggu rata-rata omzet tempat ini bisa mencapai 6.300 dollar Australia, sekitar Rp 50 juta.
   
Ia menambahkan, kata Mojosongo pada nama belakangnya karena dia berasal dari Kampung Mojosongo di sebelah utara Kota Solo, Jawa Tengah. Oleh pelanggannya, Siswanto justru akrab disapa Pak'e.
   
Bagi mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Melbourne, nama Blok M sudah tidak asing lagi. Tempat makan ini menjadi favorit mahasiswa Indonesia yang kangen pada rasa masakan Tanah Air dan kehangatan suasana warung di Indonesia.
   
Ada banyak menu di Blok M yang bisa menampung 25 tamu. Untuk menarik tamunya, Pak'e mengabadikan berbagai peristiwa dunia sebagai nama menu. Ada ikan bakar jahanam, pempek Sadam Husein, ayam bakar tsunami, Pak'e Gendheng (gila), gudeg Mbah Marijan, gule tikus Blok M, dan masih banyak lagi. Pak'e juga menjual kerupuk kaleng seharga satu dollar Australia untuk satu kerupuk.
   
Harga makanan di situ berkisar 6-10 dollar Australia, sedangkan minuman 2-4 dollar Australia. Makanan ini termasuk murah bila dibandingkan dengan makan yong tau fu, semacam rebusan makanan laut, yang di sana harganya 11 dollar Australia.
   
Menu unik Pak'e masing-masing punya cerita. Pempek Sadam Husein, misalnya, dibuat ketika Amerika menyerang Irak untuk menjatuhkan Sadam Husein. "Sebenarnya makanan yang saya masak tidak terlalu istimewa. Tetapi, masakan saya ini menjadi klangenan lidah orang Indonesia yang kangen masakan warung," kata Pak'e merendah.
   
Malam itu saya mencoba pempek Sadam Husein buatan Pak'e. Pempek buatan Pak'e sebenarnya pempek bakar. Setelah direbus, pempek kapal selam tersebut dibakar dulu sebelum dihidangkan. Setelah dibakar, rasanya lebih gurih dan tidak berminyak seperti pempek goreng.
   
Sekelompok mahasiswa Indonesia yang sedang makan malam menyarankan menu baru warung ini, yaitu Pak'e Gendheng, karena masakan ini dianggap paling enak di antara menu lainnya.
   
Menu Pak'e Gendheng sebenarnya daging iga masak balado. Pak'e memberi banyak kecap pada iga balado ini sehingga warnanya menjadi kehitaman, bukan merah karena gilingan cabai.
   
Saat dihidangkan, iga balado ini diletakkan di satu mangkuk. Sedangkan mangkuk kecil lainnya berisi kuah gule yang ditaburi daun bawang. Tidak lupa Pak'e menyediakan kerupuk yang menjadi andalannya.
   
Sambil makan saya mengobrol dengan beberapa mahasiswa asal Yogya, Solo, dan Semarang. Andri, salah satu mahasiswa, mengatakan, ia sering nongkrong di Blok M bila sedang kangen pada masakan ndeso, seperti tongseng, gule, nasi goreng, dan wedang (minuman) jahe.

Belajar dari buku
   
Pak'e memasak sendiri menu-menu yang dibuatnya. Sebelumnya, Pak'e sama sekali tidak bisa memasak. Ia terpaksa belajar memasak dari buku resep setelah memberhentikan juru masaknya. "Tukang masakku ketagihan judi. Lha ciloko (celaka), pas banyak tamu dia malah pergi ke kasino," kata Pak'e.
   
Pak'e sekarang dibantu Mursid (63), kenalannya. Karena hanya berdua, terkadang mereka kewalahan bila kedatangan banyak tamu.
   
Bila warungnya penuh, Pak'e sering mempersilakan tamu yang sudah akrab dengannya untuk memasak atau mengambil minuman sendiri. "Saya kasih tahu bumbunya apa saja. Mereka meracik lalu memasak sendiri," tutur Pak'e.
   
Buka dari pukul 12.00 hingga 24.00, Blok M memang terlihat seperti warung daripada rumah makan. Bangunan yang disewa Pak'e itu berukuran sekitar 40 meter persegi.
   
Di warungnya Pak'e membuat panggung kecil-kecilan. Di situ Pak'e menghibur tamu dengan bermain gitar sambil bernyanyi, kadang-kadang mengiringi tamu yang ingin bernyanyi.
   
Di ruangan yang tidak terlalu besar itu, Pak'e meletakkan tiga meja makan besar dan dua meja makan kecil. Pria yang suka guyon ini menggunakan benderaPalestina dan bendera Irak sebagai taplak meja. Sedangkan untuk gorden pembatas ruang makan dan dapur, Pak'e menggantungkan kain batik.
   
Dinding warung penuh dengan foto Pak'e bersama artis, tokoh masyarakat, dan pejabat negara. Mereka adalah pelanggan Pak'e dari Indonesia bila sedang berkunjung ke Melbourne. Pak'e juga memajang beberapa wayang kulit di satu sisi dinding.
   
Pak'e sengaja membuat "ramai" dinding rumah makannya. Kata Pak'e, cara itu dipakai untuk mengalihkan perhatian tamu dari lantai rumah makannya yang jelek.
   
Lantai warung Pak'e tidak seragam, sebagian coklat sebagian lagi putih. Di beberapa bagian malah sudah tidak ada keramiknya karena pecah.
   
"Ongkos perbaikannya mahal. Lagipula kalau amburadul begini malah nyeni," kata Pak'e yang tidak lulus SMP itu. Justru kesederhanaan itu yang membuat Blok M menarik mahasiswa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

    Kemenuh Butterfly Park Bali Punya Wahana Seru

    Jalan Jalan
    Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Kemenuh Butterfly Park Bali: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

    Jalan Jalan
    Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

    Kapal Wisata Terbakar di Labuan Bajo, Wisatawan Diimbau Hati-hati Pilih Kapal

    Travel Update
    5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

    5 Tips Traveling Saat Heatwave, Apa Saja yang Harus Disiapkan

    Travel Tips
    Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

    Penerbangan Bertambah, Sandiaga: Tiket Pesawat Mahal Sudah Mulai Tertangani

    Travel Update
    Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

    Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

    Travel Update
    Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

    Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

    Travel Tips
    Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

    Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

    Travel Update
    Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

    Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

    Jalan Jalan
    7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

    7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

    Travel Tips
    Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

    Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

    Travel Tips
    Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

    Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

    Travel Update
    Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

    Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

    Travel Update
    Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

    Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

    Travel Update
    Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

    Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

    Travel Tips
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com